Ikiwonosobomas.com - Ini hanya tulisan salah seorang warga Wonosobo yang semestinya juga mendapatkan pelayanan bagus dari pihak Rumah Sakit. Tak terlalu ekstrim seperti apa yang ditulis pada judul memang, namun hanya akan membandingkan antara pelayanan di ruang yang satu dengan yang lainnya.
Saya sebagai salah seorang keluarga pasien atau tepatnya suami dan ayah yang baru saja menjalani proses kelahiran di RSUD Wonosobo melalui operasi caesar karena rujukan bidan. Kekecewaan saya alhamdulillah bisa terobati dengan penjelasan rinci, sikap ramah dan penuh kekeluargaan yang ditunjukkan oleh petugas RSUD di bagian perinatal. Tempat perawatan dimana anak pertama saya yang baru lahir pada 27/9 kemarin harus dirawat dalam box inkubator.
Namun perasaan sebaliknya saya rasakan ketika istri saya harus dirawat selama 4 hari di ruang eidelweis lantai tiga RSUD Wonosobo. Pertama kalinya kekecewaan saya muncul, ketika istri saya yang baru di operasi caesar diharuska pindah dari ruang pengamatan ke ruang perawatan kelas III. Perawat jaga memerintahkan istri saya pindah dari dipan/ tempat tidur pengamatan ke tempat tidur perawatan.
Sebagai gambaran tempat tidur pengamatan lebih pendek dari tempat tidur perawatan. Dan dalam kondisi perut yang baru saja dijahit istri saya yang sedang berbaring dimita pindah ke tempat tidur yang lebih tinggi. Dan proses pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dilakukan di selasar/koridor ruangan eidelweis. Pertanyaan saya, kenapa 2 perawat jaga diam saja dan tidak membantu istri saya yang baru saja operasi dan kenapa perpindahan itu tidak diakukan dalam ruangan.
Kedua, sikap ramah dan santun demi kepuasan pasien dan keluarga pasien seperti yang dituliskan dalam misi RSUD Wonosobo tidak ditunjukkan oleh perawat-perawat ruang eidelweis. Saya sampai bercanda sama istri, "mereka harus mendapatkan training tersenyum 2 centimeter ke samping"
Ketiga, saya berpikir diantara perawat tidak ada kordinasi dalam menangani setiap pasien. Terbukti ada seorang perawat yang meminta istri saya sudah diperbolehkan minum sedikit demi sedikit. Sementara perawat yang lain meminta istri saya berpuasa. Dan dalam kondisi perut istri saya sedang kembung, sontak yang disalahkan adalah istri saya. Padahal sebagai pasien, kami hanya mengikuti apa kata petugas medis dan paramedis disana.
Memang tidak keseluruhan petugas di ruang eidelweis seperti itu, karena ada perawat yang sudah cukup berumur dihari terakhir istri saya dirawat menjelaskan dengan ramah, jelas dan penuh kekeluargaan. Diluar itu, hati saya hanya memendam rasa dan berpikir "apa iya semua pelayanan publik milik negara harus kalah dengan swasta?".
Saya hanya berharap, melalui tulisan ini pesan dari para pasien yang mungkin juga merasa kesal namun tidak berani mengungkapkan bisa sampai. Dan harapan yang lain supaya semua petugas di RSUD Wonosobo bisa memahami visi, misi dan moto yang sudah dicetak dengan spanduk besar di gedung perawatan.
Oya termasuk berharap segera ada perbaikan fasilitas kamar mandi di lantai 3 ruang eidelweis. Mungkin diruang yang lain juga sama harus diperbaiki. Terakhir kasih masukan di ruangan kelas III mohon dikasih pendingin ruangan, minimal kipas angin. Karena memang semua pasien selalu kegerahan.
Tak ada maksud apapun saya menulis ini, hanya ingin RSUD Wonosobo menjadi yang terbaik dalam memberikan pelayanan kepada para pasien. Dimana tugas mulia itu bisa dipahami oleh semua petugas. Dan harapan kepada para pasien atau keluarga pasien, yuk jangan sungkan dan jangan takut sampaikan segala bentuk keluhan dan saran untuk ditulis dan dimasukkan dalam tempat yang disediakan di tiap lantai di RSUD Wonosobo.
Sekian
Dony Aryanto
Gajian, Tambi, Kejajar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Bumi dan Langit Ada di RSUD Wonosobo"
Posting Komentar